BONTANG - Sebanyak 9 anggota DPRD Kaimana, Kabupaten Papua Provinsi Papua, Senin (8/9) lalu, bertandang ke Bontang. Setibanya di Kota Taman, para wakil rakyat tersebut selanjutnya diterima Wali Kota Bontang dr HA Sofyan Hasdam SpS didampingi oleh Asisten Administrasi Umum Drs H Asmuddin Hamzah MM di auditorium kantor Wali Kota Bontang.
Jesajas Corputty yang memimpin kunjungan kerja (kunker) rombongan DPRD Kaimana menjelaskan, maksud dan tujuannya berkunjung ke kota ini adalah ingin mempelajari dan memperoleh data serta informasi terutama mengenai eksplorasi migas yang ada di Bontang.
”Selain sama-sama baru dimekarkan, Kota Bontang dan Kaimana juga mempunyai potensi alam yang sama yakni berupa minyak bumi dan gas alam (migas, Red). Hal ini lah yang mendorong kami untuk ke kota ini dengan maksud belajar dan berbagi informasi. Jangan sampai masyarakat dirugikan karena eksplorasi migas tersebut,” ungkap Jesajas mengawali perkenalannya sekaligus memuji Bontang yang dilihatnya jauh lebih maju dibanding Kaimana.
Menyimak maksud dan tujuannya ke Bontang, Walikota menjelaskan bahwa kendati PT Badak NGL berada diwilayah Bontang, namun daerah ini bukanlah daerah penghasil migas, tetapi hanyalah daerah pengolah yang dana perimbangannya dianggap masih dianggap terlalu kecil dibanding daerah penghasil.
”Sampai saat ini masih banyak daerah lain yang tidak memahami jika Bontang hanyalah daerah pengolah, bukan daerah penghasil migas. Karena Bontang hanya ditetapkan sebagai daerah pengolah, maka pembagian dari sektor migas ini Bontang memperoleh perimbangan sangat kecil, sama yang diperoleh kabupaten/kota lainnya yang ada di Kaltim,” terang Walikota.
Terkait dari pembagian sektor migas ini, Walikota selanjutnya berharap pemerintah pusat bisa memahami kondisi dan dampak yang sewaktu-waktu bisa diterima masyarakat di Bontang selaku daerah pengolah. ”Memang tidak adil kalau Bontang selaku daerah pengolah disamakan dengan kota dan kabupaten lainnya di Kaltim. Sebab jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan tentu warga Bontang yang merasakan akibatnya,” ujar Sofyan.
”Beban resiko yang ditanggung daerah pengolah migas sangat besar. Baik terhadap kerusakan lingkungan, maupun terhadap keselamatan masyarakat atau pun resiko sosial yang ada di sekitar perusahaan industri migas. Di sisi ekonomis daerah pengolah migas juga sangat besar kontribusinya terhadap devisa negara,” ujar Sofyan, yang juga sebagai Ketua Forum Komunikasi dan Konsolidasi Daerah Pengolah Migas (FKKDPM).
Rabu, 09 September 2009 , 10:10:00
Sumber : Kaltimpost.web.id
Rabu, 09 September 2009
Punya Karakteristik yang Sama, DPRD Kaimana Belajar Eksplorasi Migas ke Bontang
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
Komentar :
Posting Komentar