BONTANG - Sebagian penduduk Indonesia saat ini masih mengonsumsi air minum yang tercemar. Indonesia merupakan salah satu negara yang akan mengalami krisis air bersih. Penyebab utamanya, tentu saja kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini seperti terjadinya banjir di sebagian wilayah Indonesia sementara di beberapa wilayah lainnya mengalami kekeringan merupakan efek pemanasan global. Demikian yang diungkapkan oleh Wali Kota Bontang dr HA Sofyan Hasdam Sp S dalam Seminar dan Sosialisiasi Lubang Resapan Biopori (LRB) Bagi Siswa dan Siswi SLTP se-Bontang, di ruang Pirus Hotel Equator Bontang, (23/7).
”Sebenarnya kalau masyarakat Kota Taman, bisa saya bilang untuk saat ini masih terbebas dari ancaman kesulitan air. Tapi, untuk beberapa tahun ke depan kita tidak tahu apa yang akan terjadi kepada anak cucu kita. Apalagi untuk mendapatkan sumber air bersih kita hanya mengadalkan air bawah tanah yang sewaktu-waktu dapat habis,” terangnya.
Menurutnya konsep sumur biopori ini diyakini mampu membantu air hujan masuk ke dalam tanah. Sumur berdiameter 10 cm dengan kedalaman 80 cm itu juga bisa menjadi solusi mengatasi masalah sampah. Teknologi yang ditawarkan sangat sederhana,tepat guna, mudah diterapkan, dan harganya sangat terjangkau, tetapi dampaknya luar biasa untuk menyelematkan lingkungan khusunya menjaga ketersediaan air tanah dan meminimalkan dampak banjir.
“Masalah Banjir yang akhir-akhir ini sering terjadi, banyak meresahkan masyarakat, untuk itu saya menyambut baik kegiatan yang diprakarsai oleh KPI ini sebagai suatu upaya untuk membantu pemerintah dalam menaggulangi masalah banjir dengan pembuatan sumur resapan biopori,” ungkapnya.
Sumur resapan biopori ini, tambahnya merupakan sebuah teknologi sederhana, tepat guna dan ramah lingkungan. “Teknologi ini pada prinsipnya menahan air hujan tidak langsung mengalir ke daerah yang lebih rendah, tetapi membiarkannya terserap ke dalam tanah melalui lubang resapan tersebut. Siapa saja dapat melakukannya, teknologi dengan budget relatif murah dan alat sederhana tapi yang memilki multi fungsi dari mengurangi banjir itu sendiri. Walaupun demikian, hal yang paling penting dari semua upaya meningkatkan daya serap air hujan ke tanah yaitu kesadaran masyarakatnya,”tambah Sofyan Hasdam.
Dengan tersedianya tehnik sederhana yang mudah dan murah seperti LRB, lanjutnya sudah sharusnya tidak ada lagi alasan bagi masyarakat untuk tidak membuat resapan air buatan di halaman rumahnya.”Dengan manfaat ganda dari LRB sebagai tempat pembuangan sampah organik rumah tangga, diharapkan pada suatu saat nanti tidak akan ada lagi sampah organik yang keluar dari lingkungan rumah. Jadi LRB ini efeknya cukup banyak. seperti, berkurangnya genangan air di wilayah atau rumah, meminimalisir sampah organik yang terbuang. Ketiga, jangka panjangnya adalah meresapnya air ke tanah sebagai cadangan air tanah,”pungkasnya.
Sumber : Kaltimpost.web.id
Jum'at, 24 Juli 2009 , 10:19:00
Komentar :
Posting Komentar