BONTANG - Berdasarkan hasil pemantauan dan pemetaan status gizi balita di Kota Bontang, kerja sama Dinas Kesehatan Kota Bontang dengan Puslitbang gizi dan Makanan Departemen Kesehatan menunjukkan, kondisi gizi balita di Kota Bontang makin baik. Sebab, prevalensi status gizi di Bontang sebesar 1,5 persen. Sementara, standar maksimal Departemen Kesehatan sebesar 5 persen.
“Prevalensi status gizi di kota Bontang sebesar 1,5 persen. Hal itu menunjukkan kondisi gizi Bontang telah membaik, karena standar maksimal Depkes sebesar 5 persen. Ini berdasarkan hasil pemantauan dan pemetaan status gizi balita yang ada di Bontang,”jelas Kepala Dinas Kesehatan dr. Hindar Jaya, Sp.OG.
Menurut Hindar Jaya, hasil pemantauan dan pemetaan Puslitbang Gizi dan Makanan Depkes, ditemukan status gizi lebih di tiga kecamatan.
“Kecamatan Bontang Barat menempati urutan tertinggi dalam status gizi lebih. Status gizi lebih, bisa berakibat buruk pada kesehatan. Gizi lebih akan memicu timbulnya penyakit degeneratif seperti, diabetes melitus, jantung koroner, hipertensi dan sebagainya,” kata Hindar Jaya.
Ditambahkan Hindar Jaya, penyakit degeneratif adalah penyakit yang timbul akibat perubahan pola konsumsi dan gaya hidup. Puslitbang juga menemukan masalah gizi kronis, yang diakibatkan rendahnya pengetahuan dan prilaku pola asuh ibu terhadap anak balita. Rendahnya frekuensi penimbangan balita ke posyandu juga menjadi penyebab timbulnya gizi kronis tersebut.
“Puslitbang menyarankan agar Posyandu sebagai ujung tombak pemantauan status dapat meningkatkan pemantauan status gizi balita. Masalah gizi membutuhkan bantuan dari instansi terkait dan bukan hanya masalah Dinkes. Instansi yang berhubungan dengan peningkatan ekonomi masyarakat harus juga terlibat langsung. Apapun itu, masalah gizi sangat berkaitan dengan status ekonomi keluarga. Keluarga dengan ekonomi rendah sangat rentan untuk mengalami masalah gizi,” lanjut Hindar Jaya.
Sementara, Wawali Sjahid Daroini saat membuka kegiatan tersebut meminta lurah se-Kota Bontang, untuk aktif memantau perkembangan balita di kelurahan masing-masing.
“Hasil pemantauan dan pemetaan gizi yang dilakukan Depkes dan Puslitbang, bisa menjadi bahan kajian untuk program peningkatan gizi balita di Bontang. Karena kalau tidak punya data, tentu sulit membuat program. Pemantauan status gizi balita harus terus dilaksanakan. Saya meminta supaya seluruh lurah secara rutin ikut memantau perkembangan balita yang ada di kelurahan masing-masing. Dengan begitu, akan lebih mudah diketahui, status gizi balita di masing-masing kelurahan,” tandas Sjahid Daroini.
Sumber : Kaltimpost.web.id
Kamis, 16 Juli 2009 , 10:38:00
Komentar :
Posting Komentar